Anak Kecil Yang Kehilangan Pundaknya | Perpustakaan Waca SMAN 1 Astanjapura
Beranda Login Visitor
  • E-Resources
    Indonesiana
    • Batavia Digital
    • Candi di Indonesia
    • Dokumentasi Perfilman Indonesia
    • Dokumentasi Sastra Indonesia
    • Kepustakaan Presiden RI
    • Keraton Nusantara
    • Pernaskahan Nusantara
    • Kepustakaan Tokoh Perfilman
    • Khasanah Pustaka Nusantara
    • Perpuspedia
    Pencarian
    • DOAJ
    • Google Scholar
    • JDIH
    • Bibliografi Nasional Indonesia
    • Katalog Induk Nasional
    • Bursa Efek Indonesia
    Alat
    • Mendeley
    • Zotero
    • Publish or Perish
    • Vos Viewer
    Sumber Belajar
    • Perpustakaan Digital
    • TED
    • Google Experiments
    • Sumber Belajar Kemdikbud
    • Ebook
  • Bantuan
    • Member Area
    • Beranda
    • Tentang Kami
    • Berita
    • Bantuan

    Perpustakaan Waca SMAN 1 Astanjapura

    Semua Bisa Karena Membaca


    Temukan setiap halaman yang menunggu untuk dibaca, setiap pengetahuan yang siap mengubah dunia.


    Pencarian Lanjutan
    Pencarian Spesifik

    Anak Kecil Yang Kehilangan Pundaknya

    Khoirul Trian - Nama Orang; Anita Barokatin - Nama Orang;

    Text · 2023

    Dalam menulis buku ini, akan kuperkenalkan sosok anak laki-laki kecil yang suka bermain di pinggir pantai. la bungsu tapi ia tidak pernah menamai dirinya bungsu, karena baginya, di bagian mana saja kita lahir di sana isinya tanggung jawab masing-masing. Anak kecil tadi suka berlayar bersama pamannya melintasi Bakauheni-Merak hingga kembali lagi Merak-Bakauheni. Pamannya seorang nahkoda kapal Ferry. la suka melepaskan keponakannya berlarian di dalam kapal menyusuri tiap-tiap lorong dan ruang sempit di dalam kapal. Anak kecil itu bertemu para penumpang dengan berbagai macam bentuk hidung. Tak jarang di antara mereka ada yang suka mencubit pipi anak kecil itu, memberinya permen, memberinya mainan mainan, hingga segala jenis asongan yang sering dipikul keliling kapal oleh penjualnya. Perlahan, anak kecil itu keluar di bibir kapal dan melihat hamparan laut yang megah dan luas. Sesekali ia melihat anak kecil lain di bawah kapal yang berenang-renang demi menanti para penumpang melemparkan koin-koin atau pecahan uang kecil ke bawah lautan yang dalam. Orang-orang menyebutnya anak koin, yang padahal itu anaknya manusia bukan anaknya koin. Anak kecil tadi hanya terdiam melihat anak koin yang nasibnya tidak sama seperti dengannya, padahal usianya tidak jauh beda. Lalu kenapa nasibnya tidak sama, ini baru anak koin yang ia temukan, lalu bagaimana anak lain di luar sana? Bagaimana kabarnya sekarang? Apakah sudah mulai dewasa dan benar sedang mencari banyak uang? Kata ibunya dulu begitu, "Nanti kalo udah gede, cari duit yang banyak, ya." Anak kecil itu tinggal di Kalianda, kalian cari saja, karena kota itu tidak sepopuler Jakarta. Kalianda, kota kecil di ujung pulau Sumatera yang menjadi Aquarium tempat banyaknya ikan, nelayan, dan manusia-manusia begal. Begitu sebutan orang lain tentang kota itu. Jangan tertawa, aku sedang tidak bercanda ketika menulis ini. dengan anak Anak kecil itu bersahabat baik dengan pantai. la suka bermain pasir yang ia genggam dengan sangat kuat kemudian menyaksikannya runtuh perlahan-lahan, Berlarian di bibir pantai, sambil sesekali berlari sedikit ke tengah hingga hampir tenggelam sebab itu ia sekarang mahir berenang karena keadaan yang mengharuskan ia bernapas walau kaki tidak menapak, dan ombak yang terus menerjang. Setelah ia berhasil selamat dari laut yang hampir menenggelamkan jiwanya, ia melihat ayahnya di pinggir pantai yang terlihat cemas namun tidak bisa berbuat apa-apa karena Ayahnya sendiri tidak bisa berenang. Ia menghampiri Ayahnya yang cemas tadi sambil berkata, "Gapapa Ayah, adek baik-baik saja." Walau sebenarnya ia hampir mati ditelan lautan. Perkenalkan, anak kecil itu, aku.

    Sinopsis
    Buat kamu yang sering bertanya, “aku yang dulu ke mana, ya?” Mungkin kamu akan menemukan jawabannya di sini. Bahagia, atau tidak, mengenang masa kecil adalah hal yang dirindukan atau mungkin sangat menyakitkan. Namun, bahagia atau tidak kita saat kecil, apakah ada yang bisa menjamin dewasanya akan benar-benar bahagia? Saatnya berpelukan dengan masa lalu dan merayakannya dengan tangisan yang paling meriah.

    Tahun Terbit: Cetakan Pertama, Mei 2023

    Penanda Bagikan
    Image of Anak Kecil Yang Kehilangan Pundaknya

    About this edition
    Edisi: Cetakan ke-1
    ISBN/ISSN: 9786022082507
    Page count: 164 hlm.; 13 x 19 cm
    Published: 2023
    Format: -
    Penerbit: Kawah Media
    Bahasa: Indonesia
    Pernyataan Tanggungjawab: Khoirul Trian
    Ketersediaan
    #
    My Library 895 KHO a
    text25005
    Tersedia
    Subjek
    ayah
    Versi lain/terkait

    Tidak tersedia versi lain

    Lampiran Berkas
    Tidak Ada Data
    Komentar

    Anda harus masuk sebelum memberikan komentar

    Di Antara Kata, Kita Bertumbuh.

    Perpustakaan Waca SMAN 1 Astanjapura
    Semua Bisa Karena Membaca

    • Informasi
    • Layanan
    • Pustakawan
    • Area Anggota

    Tentang Kami

    As a complete Library Management System, SLiMS (Senayan Library Management System) has many features that will help libraries and librarians to do their job easily and quickly. Follow this link to show some features provided by SLiMS.

    Cari

    masukkan satu atau lebih kata kunci dari judul, pengarang, atau subjek

    Donasi untuk SLiMS Kontribusi untuk SLiMS?

    © Perpustakaan Waca SMAN 1 Astanjapura | Semua Bisa Karena Membaca