Text
MBIS
Sebagai naskah yang memenangkan sayembara penulisan bacaan Depdiknas (2003) agak mengherankan bagaimana buku ini ‘hanya’ nangkring di penerbit kecil yang relatif tidak terkenal. Setidaknya buku model begini hadir dari Balai Pustaka atau Grasindo tapi nyatanya tidak.
Walau begitu aku bisa mengerti mengapa buku ini dipilih jadi pemenang. Alur ceritanya menarik nan seru, dan punya potensi menjadi tulisan yang lebih koheren dan lebih panjang di tangan penulis yang lebih terampil mengolah ide cerita, atau malah dialih-mediakan menjadi film anak-anak. Kurasa kalau aku masih kanak-kanak buku ini akan menjadi favoritku. Sungguh!
Sinopsis cerita adalah sebagai berikut. Perhatian! Alur kisah cukup panjaaang.
Kita mengikuti petualangan dari sudut pandang Taufik, seorang bocah (remaja?) asal pulau Jawa yang berada di tengah perang antar sesama suku Asmat. Ayah Taufik yang adalah anggota MER-C mengirim Taufik ke Timika untuk bertemu pamannya yang anggota TNI AU. Namun kapal yang membawanya dari Elat kandas dihantam badai. Dua orang suku Asmat menyelamatkannya, mereka membawanya ke kampung Agats. Di sana dia berkenalan dengan seorang pemuda bernama Kelly yang dulunya pernah berkuliah di Bandung (IAIN Gunung Jati) sehingga dia bisa berbahasa Indonesia. Karena lokasi Timika jauh dari Agats, Taufik diminta menetap untuk sementara sampai Kelly bisa mengantarnya ke sana.
Orang Agats tengah berkonflik dengan orang Syuru yang juga sama-sama suku Asmat. Keadaan sedang sulit, sumber makanan langka tanpa diketahui penyebabnya sehingga wilayah berburu dan berladang saling dijaga ketat. Tersiarnya desas-desus bahwa seorang pemuda Agats mbeter (melarikan) gadis Syuru memperparah situasi. Suatu hari ketika tengah asyik berlatih memanah, Taufik dan seorang bocah Agats ditangkap orang Syuru karena dianggap melanggar batas wilayah. Tampak di sisi Kepala Suku Syuru seorang lelaki bule bernama Godart yang jelas-jelas menghasut orang Syuru agar mengayau (memenggal kepala dan memakan) dua bocah itu. Usulan itu tidak saling disepakati antar mereka.
Hugeis, pemuda Syuru yang juga kawan baik Kelly membebaskan kedua bocah tersebut dan mengantar mereka kembali ke Agats. Rombongan itu dikejar, Hugeis kena tembak senjata api dan diperkirakan mati. Kembali ke kampung Agats, kakek dari Kelly dan Opit meninggal mendadak. Timbul kecurigaan dari kalangan orang Agats bahwa kematian Si Kakek akibat ilmu hitam kiriman orang Syuru.
Di kalangan orang Agats timbul pendapat agar mereka berperang melawan orang Syuru sedangkan sebagian lain menolaknya. Seorang tetua Agats, Pak Amarok mencegah suasana panas itu dengan menceritakan legenda Fumiripits yang membuat patung-patung Mbis dan menghidupkannya sehingga terciptalah suku Asmat, termasuk di antaranya menjadi orang Agats dan Syuru, sehingga pertumpahan darah sesama saudara tidak bisa dibenarkan. Mereka pun urung mempersiapkan perang.
Mendengar bahwa orang Syuru akan melaksanakan upacara perahu yang biasanya dilakukan untuk menyambut perang, orang Agats mengutus Kelly dkk. termasuk Taufik untuk mengintai. Sayangnya Kelly dan Taufik tertangkap. Mereka disiksa dan akan dikayau bersamaan dengan rampungnya perahu. Kelly memperingatkan kepala suku Syuru [dan ini sangat penting untuk disimak] bahwa ayah Taufik adalah tentara, dan jika terjadi apa-apa kepadanya kampung ini akan diserbu tentara. Tetapi toh ancaman itu tidak mengendurkan niatan orang Syuru.
Pada hari yang ditentukan, Kelly dan Taufik diikat saling membelakangi pada sebilah patok kayu siap untuk dikayau. Tiba-tiba orang-orang Agats bersama warga kampung lain datang mengepung kampung Syuru demi mencegah tradisi mengayau kembali hidup. Di antara mereka hadir Hugeis yang semula dikira sudah mati. Kepada penduduk kampungnya dia menceritakan bahwa yang menembak dan membuangnya ke sungai adalah orang suruhan Godart, si bule. Jelas sudah semua konflik dan kesalahpahaman ini didalangi oleh Godart. Terdesak, Godart dan anak buahnya melarikan diri ke sungai dengan menaiki perahu.
Selanjutnya Kelly dan Taufik mengungkap motif adu domba yang dilakukan Godart selama ini. Rupanya dia menaruh dendam kepada orang Agats karena kakek buyutnya dulu dibunuh oleh buyut Pak Amarok, tetua kampung Agats. Mereka menemukan bukti bahwa Godart sengaja mematikan pohon-pohon sagu dan ubi jalar sehingga orang Syuru kesulitan mencari bahan makanan. Dari situlah Godart masuk membawakan bahan makanan, menyebar isu mengenai mbeter yang dilakukan pemuda Agats, dan memengaruhi orang Syuru agar berperang dengan orang Agats.
Tidak tersedia versi lain